Belakangan ini, istilah generalis dan spesialis sering digunakan untuk mengklasifikasikan kemampuan seseorang dalam dunia kerja. Hal ini juga biasanya jadi rujukan untuk menentukan karir seseorang. Spesialis merupakan seseorang yang menguasai keterampilan tertentu, atau biasa disebut expert. Sebaliknya, generalis merupakan seseorang yang memiliki banyak keterampilan, tapi tidak mendalam seperti para spesialis. Itulah sebabnya banyak dilema yang dirasakan oleh para generalis pada akhirnya.
Sebagai seorang generalis, aku sempat mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Rasanya seperti tidak punya skill yang bisa dibanggakan. Aku sempat konsultasi dengan beberapa orang hingga AI untuk mencari potensi apa yang bisa aku kembangkan ke depannya. Memiliki ketertarikan terhadap banyak hal, suka mempelajari hal-hal baru, tapi tidak fokus di satu bidang tertentu ternyata pada akhirnya malah jadi sumber kegalauanku. Bahkan aku butuh waktu cukup lama untuk berpikir mengenai topik apa yang ingin aku jadikan fokus ketika memutuskan untuk memulai blog ini dari nol. Hingga pada akhirnya, aku memutuskan untuk berjalan saja sebagai generalis yang percaya diri dan akan selalu terbuka dengan hal-hal baru yang menurutku menarik untuk dipelajari.
Meski sudah memiliki penerimaan diri sebagai seorang generalis, tapi aku sepenuhnya menyadari bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan supaya bisa bertahan di era yang menuntut fokus atau spesialisasi di bidang tertentu, diantaranya:
1. Mengelola emosi dan energi
Seorang generalis berpotensi mudah burnout karena biasanya memiliki pekerjaan yang mengharuskannya mengelola banyak tugas. Selain itu, keterbukaan diri terhadap hal-hal baru juga tentunya menyita waktu dan tenaga. Itu sebabnya, pengelolaan emosi dan energi yang baik sangat diperlukan. Mengenal diri bisa jadi salah satu solusi terbaik. Temukan apa saja yang bisa meningkatkan mood saat emosi sedang tidak baik! Jangan lupa atur juga waktu istirahat yang cukup supaya energi dan fokus tetap terjaga.
2. Menemukan opsi karir lain
Sebagai seorang generalis, aku sadar bahwa yang aku kerjakan di instansi atau organisasi tertentu akan mudah digantikan, entah oleh teknologi maupun oleh orang lain. Namun, kemampuan yang tidak hanya fokus pada satu bidang tertentu ternyata juga membuka banyak peluang baru. Resiko kehilangan pekerjaan yang cukup tinggi membuatku ingin terus belajar sambil menemukan opsi sumber penghasilan lain menjadi tidak terbatas.
3. Kemampuan untuk fokus dan belajar cepat
Entah kenapa semakin bertambahnya usia, rasanya seperti semakin sulit mempertahankan fokus saat sedang mengerjakan sesuatu. Ada yang merasa seperti ini juga? Ini salah satu hal yang jadi perhatianku beberapa waktu ke belakang. Karena sadar bahwa fokusku tidak sebaik itu, tiap mengerjakan sesuatu aku berusaha meminimalisir distraksi, seperti menyingkirkan barang-barang yang mengganggu fokus, tidak mengerjakan sesuatu sambil pegang handphone, dan menghindari apapun yang membuat fokusku mudah teralihkan. Sebab pada akhirnya, fokus yang baik akan mempermudah kita untuk belajar dan memahami sesuatu dalam waktu singkat.
4. Memperluas relasi dan potensi kolaborasi
Tidak hanya meningkatkan kemampuan, keberadaan relasi juga sama pentingnya. Jujur saja ini agak sulit buatku sebagai seorang introvert. Kehidupan sosialku yang tidak seluas itu, pada akhirnya bikin aku merasa harus berusaha lebih keras untuk memperluas relasi diluar pertemanan yang ada saat ini. Tapi hal ini aku inisiasi dengan ikut kegiatan yang hanya berupa event atau bergabung dalam organisasi yang tidak banyak membutuhkan interaksi offline. Bukannya tidak suka berinteraksi secara langsung, orang-orang introvert sepertiku energinya mudah terserap di keramaian, dan aku punya kewenangan pribadi untuk memilih di mana saja aku bisa beradaptasi dengan baik, bahkan aku juga merasa perlu memilih lingkungan pertemanan mana saja yang energinya masih bisa ku imbangi.
5. Memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri
Jika poin-poin sebelumnya sudah dikuasai, yang satu ini sudah pasti akan mudah dipahami. Semakin kita mengenal diri sendiri, semakin jelas pula terlihat sisi mana saja yang potensial dari diri sendiri. Saranku, fokus saja pada hal-hal yang bisa dikembangkan! Karena hal-hal yang kita lihat sebagai kekurangan bisa jadi hanya bagian dari diri yang sebenarnya bisa menguntungkan, misalnya aku sadar kalau aku mudah lupa, jadi aku berinisiatif untuk mencatat semua hal yang perlu ku kerjakan setiap hari, dan apa poin plus-nya? Fokusku bisa lebih terjaga karena tidak mengingat hal-hal yang tidak perlu diingat. Ini hanya salah satu contoh dari sekian banyak caraku memanfaatkan kekurangan yang ada pada diriku. And I'm sure everyone has their path to turn weakness into privilege, right?
Sepertinya tidak sedikit dari kita yang cenderung generalis dan memiliki dilema serupa mengenai potensi diri yang tidak terlihat menonjol, hobi yang beragam, serta hal lain yang seolah tidak mengarahkan kita menuju satu titik fokus hingga pada akhirnya kita meragukan kemampuan diri sendiri. Padahal, di balik itu banyak sisi yang sebenarnya menguntungkan jika kita mencoba melihat dari sudut pandang yang tepat.
Feel free to share your story in the comment section if you are also a generalist!
Bismillah, sukses terus dhincal💕
ReplyDelete