Yang Kutemukan Saat Pergi (Agak Jauh) Sendiri

Bepergian sendiri sebenarnya bukan hal yang luar biasa untuk manusia dewasa dengan usia kepala tiga sepertiku. As a first born daughter, I'm absolutely through a lot of things by myself. Tapi, tinggal sendiri alias ngekost dan pergi (agak jauh) sendiri~tanpa ada janji temu dengan siapapun~merupakan dua hal yang belum pernah kurasakan sebelum ini. Ditambah lagi, kecerobohanku sehari-hari lumayan mengkhawatirkan. Seperti, sering kesandung kalau jalan, handphone atau tasku sering tertinggal di toilet, bahkan aku pernah lupa mengambil kartu saat narik uang di ATM, dan meninggalkan KTP saat penukaran tiket konser. Iya, seceroboh itu hingga membuat beberapa orang sedikit khawatir ketika mengetahui aku akan pergi ke Bandung sendiri.

Potongan chat dari beberapa teman

Selain itu, saat berangkat ke Bandung, aku bilang pada orang tuaku bahwa aku akan bertemu dengan teman-temanku di sana, soalnya aku tahu mereka akan khawatir berlebihan jika aku bilang mau pergi sendiri. Tapi saat kembali ke rumah, aku memutuskan untuk tetap memberi tahu orang tuaku bahwa aku sebenarnya pergi sendiri. Aku memutuskan untuk tetap jujur supaya nantinya jika ingin pergi jauh sendirian lagi, mereka akan percaya padaku tanpa perlu khawatir berlebihan.

Pada awalnya, aku pun sempat gak yakin untuk pergi ke Bandung sendiri. Namun hingga saat ini, aku gak menyesali keputusanku sama sekali karena ternyata ada hal-hal yang baru kutemukan saat pergi (agak jauh) sendiri, diantaranya.

1. The whole self-awareness 

Selama ini, aku merasa bahwa aku sudah sangat mengenal diri sendiri. Namun rupanya belum secara utuh. Melalui jalan-jalan sendiri ini, aku jadi mengenal diriku bukan hanya melalui sifat, emosi, perasaan, dan sudut pandang yang kumiliki. Tapi juga ketika dihadapkan dengan lingkungan secara langsung tanpa ada keterlibatan orang lain. Kecerobohanku selama ini justru bikin aku merasa harus "sepenuhnya sadar" ketika aku sedang sendirian di tempat yang gak familiar. Bahkan saat jalan kaki pun aku berusaha untuk fokus jalan yang benar supaya gak kesandung. 

2. Ada zona nyaman di balik sisi introvertku

Aku sering menghindari interaksi dengan orang yang gak akrab-akrab banget kecuali kalau lagi ada perlu. Apalagi interaksi dengan stranger yang sepertinya hanya terjadi ketika aku sedang butuh informasi mengenai arah jalan aja. Tapi, ketika pergi (agak jauh) sendiri, aku menyadari bahwa selama ini aku gak cukup mendorong diriku untuk keluar dari zona nyaman. Aku malas berinteraksi dan membiarkannya begitu saja. Ini aku gak sedang bikin statement bahwa seorang introvert harus keluar dari zona nyaman dan act like an extrovert loh yaa. Nggak! Aku hanya sedang merefleksi diri sendiri dan menemukan bahwa ternyata selama ini interaksiku dengan orang lain masih di bawah bare minimum (berdasarkan standarku), dan aku merasa perlu memperbaikinya perlahan. Rekan-rekan kerjaku bahkan mengatakan bahwa aku apatis karena sering nanya "itu siapa?" ketika mereka berinteraksi dengan orang lain yang harusnya aku pun kenal orang tersebut meski gak berinteraksi secara langsung. Nah, saat pergi (agak jauh) sendiri ini, anehnya aku bisa santai-santai aja berinteraksi dengan stranger. Bahkan ketika gak kebagian meja, aku berani gabung dengan orang lain yang sedang duduk sendiri. Walaupun aku tetap memilih untuk bergabung dengan orang yang terlihat pendiam supaya ga banyak ngobrol, ya tapi let me appreciate myself for this! hahaha. 

3. Mudahnya mengambil keptutusan ketika gak ada distraksi

Aku sering minta pendapat orang lain untuk meyakinkan diri sendiri. Walaupun pada akhirnya keputusan tetap di tanganku, tapi suara orang lain seringkali aku jadikan bahan pertimbangan. Sebelum berangkat pun aku sempat bimbang karena salah satu temanku bilang bahwa long weekend paling menenangkan adalah diam di rumah hahaha. Kemudian saat pergi (agak jauh) sendiri, aku baru sadar bahwa mengambil keputusan tanpa melibatkan orang lain justru lebih mudah. Aku hanya perlu mendengarkan satu suara dari dalam diriku. Aku boleh melakukan apapun yang aku mau, dan aku bisa memutuskan untuk pergi ke mana pun sesuai keinginan. Melalui hal ini, aku jadi sadar bahwa ternyata keterlibatan kita terhadap diri sendiri bisa jauh lebih dalam ketika tidak ada distraksi.

Tulisan ini mungkin biasa aja buat kamu yang punya pengalaman bersosialisasi sana sini dan bepergian jauh sendiri. Tapi kalau kamu juga seorang introvert dengan pengalaman dan kehidupan sosial yang kurang lebih sama sepertiku, ini bisa jadi bahan pertimbangan untuk sesekali nyobain juga pergi (agak jauh) sendiri. Sekarang aku justru jadi penasaran bagaimana rasanya tinggal sendiri 😅 Of course, I would add it to my wishlist and make it happen soon.

Let me know if you also have an interesting experience about solo trip!


Comments